Nama Wayne Rooney kini ada di antara hitam dan putih, masuk ke dalam catatan rekor Manchester United sebagai pemegang rekor gol terbanyak. Dan mudah sekali mengira bahwa dia akan bertahan di sana sampai fondasi Old Trafford akan mulai hancur.
Sejak Sir Bobby Charlton mencetak gol terakhirnya dari 249 gol bagi United dalam kemenangan 2-0 di Southampton bulan Maret 1973, tidak ada yang nyaris mendekati angka yang dicetak oleh salah satu sosok legendaris di klub ini.
Ryan Giggs, Mark Hughes, Paul Scholes dan Ruud van Nistelrooy berhasil memecahkan batasan 150 gol dengan seragam United, tetapi sampai Rooney, 18 tahun, datang setelah transfer senilai 30 juta pounds dari Everton di bulan Agustus 2004, tidak ada yang mendekati angka 200 gol, bahkan melewati catatan Charlton.
Fakta bahwa Rooney kini telah jadi pemain pertama United yang mencetak 250 gol, setelah juga memecahkan rekor internasional 49 gol Charlton dengan Inggris, semakin jelas dampak yang dia berikan di atas lapangan.
Dan ketika anda mempertimbangkan rival terdekatnya yang saat ini masih bermain bagi klub adalah Juan Mata (33 gol), diikuti oleh gelandang veteran Michael Carrick (24), tentu akan sangat membutuhkan konsistensi luar biasa – dan keberuntungan dengan cedera – bagi Marcus Rashford (14 gol) yang masih berusia 19 tahun untuk melewati rekor yang ditinggalkan Rooney ketika karirnya di United harus berakhir.
Bahkan ada pertanyaan apakah, di era modern di mana pemain sering berpindah klub, apakah pemain tersebut akan berada bersama klub dalam waktu cukup lama untuk memecahkan rekor tersebut di masa depan?
Rooney jelas tidak akan mampu menyamai rekor Charlton jika dia berhasil keluar dari Old Trafford dalam dua kesempatan yang terkenal – banyak pendukung United tidak merayakan pencapaian tersebut karena alasan itu.
Dalam dua kejadian itulah, musim gugur 2010 dan musim panas 2013, yang telah membakar habis reputasinya di mata banyak fans. Mereka hanya menyambut pencapaian itu dengan bahu terangkat dan kesedihan bahwa Charlton, salah satu legenda sejati United, telah dilewati oleh seorang pemain yang sempat memaksa untuk dijual bukan hanya sekali, melainkan dua kali.
Dua episode tersebut, yang diakhiri dengan Rooney menandatangani kontrak baru, telah menutup kontribusinya dan dampaknya sebagai pemain selama 12 tahun bersama United.
Banyak pengamat bersikeras bahwa Rooney gagal berkembang sebagai pemain yang seharusnya dan bahwa dia tidak pernah memberikan performa mencengangkan untuk membuktikan karirnya di United. Tetapi, Rooney telah membuktikannya, dan realitanya adalah tidak sampai akhirnya dia meninggalkan panggung sepak bola di mana para kritikus akan benar-benar menghormati kontribusinya.
Dia telah memenangkan lima gelar Liga Primer dan Liga Champions – dia juga bermain dalam dua final Piala Eropa lain dan juga FA Cup, dua Piala Liga, empat Community Shield dan satu Piala Dunia antar klub.
Berikan pendukung United kesempatan untuk mendatangkan pemain 18 tahun yang akan bisa memberikan seluruh gelar itu selama 12 tahun ke depan, dan mereka tentu tidak akan berpikir dua kali sebelum akhirnya mengambil kesempatan itu.
Alasan mengapa kontribusi Rooney mengecewakan banyak orang adalah karena mereka berharap lebih. Ketika dia tiba dari Everton, setelah muncul di panggung internasional bersama Inggris di Euro 2004, pemain remaja ini jadi properti paling panas di dunia sepak bola, dan dia membawa ekspektasi semakin tinggi lagi dengan mencetak hatrik dalam debutnya menghadapi Fenerbahce.
Dulu, Rooney ditakdirkan untuk jadi superstar global berikutnya di dunia sepak bola. Cristiano Ronaldo tiba di United satu tahun sebelumnya, tetapi dia jelas ada di bawah bayang-bayang Rooney di tahun awalnya di Old Trafford.
Sukses yang akhirnya diraih Ronaldo datang setelah menumbalkan Rooney, yang kemampuannya untuk bermain di beragam posisi berarti dia dipaksa mengorbankan dirinya agar pemain Portugal itu bisa menjadi senjata paling ampuh bagi skuad United.
Sir Alex Ferguson membangun timnya di sekitar Ronaldo demi memenangkan Liga Champions 2008, dan Roonye akibatnya jadi pemain yang lengkap. Tetapi, bukan lagi pemain utama, dia menjadi korban dari fleksibilitasnya sendiri.
Ketika Ronaldo hengkang dengan transfer termahal di dunia ke Real Madrid di tahun 2009, Rooney diberikan peran striker tengah yang dia inginkan, tetapi cedera memakan habis kualitas mudanya. Dia tetap jadi pencetak gol subur, menikmati kembalinya ke posisi andalannya dengan 34 gol di tahun 2009/10 dan 2011/12, tetapi dia selalu membuat pendukung meminta lebih.
Hanya ketika dia mencetak kurang dari 15 gol dalam satu musim – 14 gol selama tahun pertama Louis van Gaal melatih tahun 2014/15 – tetapi roda perlahan berputar. Gol pemecah rekornya di Stoke adalah gol kelimanya musim ini, yang mengancam dirinya melewati musim paling tidak produktif di United.
Pemain 31 tahun ini mulai menerima pengaruh bermain selama 16 tahun di level tertinggi dan situasi sulit semakin datang ketika ketajamannya menghilang. Tetapi di saat terbaiknya, Rooney bisa melakukan apa saja – mencetak gol spektakuler, sontekan, sundulan, tendangan bebas. Dia bisa memimpin lini depan dengan kekuatan dan kesigapan, dan menghasilkan momen yang luar biasa.
Ketika Manchester City berusaha membelinya di tahun 2010, United dan Ferguson menutup semua pintu untuk mempertahankannya karena kualitas uniknya. Dia boleh saja memainkan sistem selama bertahun-tahun dan mengorbankan bakatnya untuk membuat United membayar harga yang lebih mahal untuk mempertahankannya, tetapi dia telah membayar kembali hal tersebut dengan prestasi di atas lapangan.
Rooney boleh saja tidak pernah memenangkan kontes popularitas di antara fans United, tetapi mereka akan kehilangannya ketika dia pergi, dan rekor golnya akan bertahan sangat lama sekali.