Turnamen penting bagi Jurgen Klopp. Manajer Liverpool ini sangat ingin membawa trofi ke Anfield.
Dia dikritik tajam karena menurunkan tim lapis kedua saat berhadapan dengan Plymouth Argyle di babak ketiga FA Cup hari Minggu lalu, memungkinkan tim asal League Two ini meraih hasil imbang 0-0 dan memaksakan tayangan ulang di hadapan the Kop. Satu pertandingan ekstra adalah salah satu hal lainnya yang harus dijalani Klopp di jadwal pertandingan bulan Januari yang sangat padat ini. Namun, keputusan untuk memainkan sebuah tim yang terdiri dari banyak anak muda di awal dari delapan hari yang krusial bagi Liverpool juga adalah keputusan yang tepat.
Skuad di Anfield tidak cukup kuat untuk berpangku pada tiga pemain depan selama satu musim, dan dua pertandingan berikutnya bisa saja menentukan nasib mereka musim ini. Pertama adalah laga Southampton di leg pertama semifinal Piala Liga. Klopp selalu akan memprioritaskan kompetisi di mana tim mereka tinggal dua pertandingan lagi untuk bisa ke Wembley.
Setelah itu Liverpool akan berkunjung ke markas Manchester United dalam lanjutan Liga Primer. Ambisi utama di awal musim ini adalah finis di empat besar dan mengklaim satu tempat di Liga Champions. Nyatanya, tim asuhan Klopp masih ada di trek yang tepat untuk berburu gelar. Sesuatu yang harus diberikan – FA Cup.
Salah satu hal yang membuat pemilik Liverpool, Fenway Sports Group, tertarik dengan Klopp adalah ambisinya. Dia datang ke Merseyside 15 bulan lalu mengungkapkan sebuah keyakinan bahwa dia bisa memenangkan empat komptisi di mana Liverpool terlibat. Di musim pertamanya dia berhasil mencapai dua final. Intesitas dari babak penyisihan sepertinya cocko sekali dengan aspek kepribadian Klopp yang semangat dan emosional.
Dia telah membuat dampak yang sangat besar dan berpengaruh selama di Inggris, tetapi di dua final tersebut, menghadapi Manchester City di Piala Liga dan Sevilla di Liga Eropa, mengecewakan. Di Wembley bulan Februari lalu, Liverpool kalah dalam drama adu penalti dari City setelah performa yang buruk. Situasi bertambah buruk di Basel menghadapi Sevilla. Tim asuhan Klopp hancur berkeping-keping di babak kedua setelah sempat unggul di babak pertama. Manajer ini berusaha membangkitkan semangat pendukungnya saat tim asal Spanyol ini melaju unggul 3-1.
Kekalahan tersebut menambahkan rangkaian kekalahan Klopp di final menjadi lima kekalaan final beruntun. Dia baru memenangkan satu final (Piala Jerman di tahun 2012) dalam enam percobaan di mana pertaruhannya adalah trofi.
Piala Liga menawarkan kesempatan untuk menebus di awal, tetapi Southampton juga bukan lawan yang mudah. Ketika tim asuhan Claude Puel ini tampil tidak konsisten musim ini, mereka justru bisa menyulitkan Liverpool.
Puel mengisyaratkan tujuannya dengan menurunkan delapan pemain pengganti dalam hasil imbang 2-2 menghadapi Norwich City di FA Cup hari Sabtu lalu. Seperti Klopp, manajer Southampton ini juga mencari jalan tercepat masuk ke Wembley. Tim asal pesisir Selatan ini juga berhasil menyingkirkan Arsenal di perempat final Piala Liga dan meski Merseysider jadi favorit dari dua leg ini, Klopp perlu menurunkan tim terkuatnya untuk mendapatkan hasil positif di leg pertama di St Mary’s.
Kunjungan ke Old Trafford bahkan jauh lebih penting lagi. Liverpool bukan hanya membutuhkan poin untuk membalikkan tekanan terhadap Chelsea di puncak klasemen Liga Primer tetpai kemenangan atas rival abadi mereka ini juga akan memberikan pukulan telak terhadap harapan United untuk bisa kembali ke Liga Champions. Ada begitu banyak pertaruhan dalam beberapa minggu ke depan yang menjadikannya masuk akal untuk menurunkan pemain remaja mereka menghadapi Argyle.
Klopp butuh dua hal dari musim ini untuk mempertahankan suasana yang baik: Membawa kembali Liverpool ke Liga Champions dan membawa satu trofi ke Anfield untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Untuk bisa melakukannya, dia harus merotasi sumber dayanya.
FA Cup penting bagi Liverpool. Bukan hanya pekan ini. Klopp juga punya pertimbangan lain dalam pikirannya.
Arsenal terus memperlihatkan sisi kuatnya
Arsenal telah menghabiskan jeda FA Cup dengan posisi yang tidak nyaman di urutan kelima Liga Primer. Meski sejumlah fans di Emirates juga sudah tidak mau memikirkan peluangnya memenangkan gelar.
Namun, sekali lagi the Gunners mencetak gol menit akhir, kali ini menghadapi Preston North End untuk memenangkan pertandingan turnamen mereka. Gol Olivier Giroud adalah yang ketujuh musim ini yang dicetak Arsenal setelah menit 85 untuk bisa memenangkan laga atau mengamankan satu angka. Tim asuhan Arsene Wenger ini lebih kuat dari kelihatannya dan relatif punya laga yang mudah di bulan Januari ini.
Eddie Howe harus belajar banyak
Bournemouth punya sedikit ketakutan degradasi. Musim mereka akan hilang dengan satu posisi di atas degradasi. Mereka mungkin bisa finis di 10 besar Liga Primer. Jadi, mengapa Eddie Howe memainkan tim lemah ke kandang Millwall di FA Cup?
Bournemouth mendapat ganjarannya, kalah 3-0. Tetapi, bukankah tim dan fans senang mereka bisa melaju di turnamen ini? Perjalanan itu akan menambahkan semangat pada musim yang berat. Bisa dipahami ketika manajer bertarung meraih gelar, tempat di zona Liga Champions dan turnamen lain mereka mengistirahatkan pemainnya, tetapi tidak ketika pelatih sekelas Howe melakukannya.
Howe, 39 tahun, sepertinya jadi pelatih favorit Inggris, tetapi keputusannya sebelum laga Millwall memperlihatkan bahwa dia masih harus banyak belajar.